"Dengan kondisi kapalan di telapak kaki sebelah kiri sudah robek dari awal dan di gim kedua, gantian telapak kanannya juga robek. Tetapi berkat keinginan yang kuat, dia bisa menjadi juara," ungkap Herli melalui siaran pers Humas PP PBSI.
Ditambahkan oleh Herli, kunci keberhasilan Gregoria menundukkan Chen adalah karena anak didiknya itu mengusung keinginan kuat untuk menjadi kampiun. "Faktor utama yang mengantarkan Gregoria menjadi juara Kumamoto Masters Japan 2023 itu karena dia memiliki keinginan yang sangat kuat dan tekad untuk menangnya luar biasa besar," tuturnya.
Dalam menghadapi menghadapi peraih emas Olimpiade Tokyo 2020 itu, lanjutnya, Gregoria harus mengandalkan teknik sebagai senjatanya. Tidak boleh terbawa pola permainan lawan yang sangat kuat. Variasi pukulan-pukulan Gregoria harus menjadi penentunya. "Lawan Chen Yu Fei itu, Gregoria tidak boleh bermain kuat dan mengandalkan power. Tetapi dia harus menggunakan variasi pukulannya yang memang sulit ditebak lawan. Ternyata itu berhasil," ujar Herli.
"Memang ada beberapa kali Gregoria terpancing adu reli panjang yang banyak merugikan Grego. Tetapi setelah diingatkan, dia bisa kembali ke cara pemainaan dia untuk mematikan Chen Yu Fei," pungkasnya.
Gregoria meraih gelar juara tertinggi dalam kariernya itu, seusai 21-12, 21-12 dalam laga berdurasi 40 menit, atas unggulan ketiga asal "negeri tirai bambu" tersebut.